Kenapa Ane Ketemu Istri Yang Begini? (A Horror Experiences) PART2

Tukang Nasi Goreng di Apartemen


Kali ini ane menceritakan kisah yang ane alami sendiri. Kita kembali ke pertengahan tahun 2017, pada saat istri ane mengandung calon anak ane. Kejadian ini terjadi di sebuah apartemen yang ane tempati bersama istri ane karena pada saat itu lokasi rumah ane sangat jauh dengan lokasi tempat kerja istri ane (saat itu istri ane belumresign). Istri ane bekerja di salah satu perusahaan raksasa properti di Indonesia, yang lokasinya ada di ibukota. Akhirnya kita pun mencari hunian yang dekat dengan lokasi kantor istri ane. Ane nggak mau ambil resiko kalau naik angkutan umum bakalan terjadi apa-apa sama kandungan istri ane dan istri ane sendiri. Setelah mencari-cari ternyata manajer dikantor istri ane berbaik hati memberikan unit apartemennya, katanya hitung-hitung sebagai hadiah pernikahan dan kehamilan istri ane. Istri ane adalah salah satu orang yang paling diandalkan oleh manajernya ini, makanya beliau sangat berbaik hati dan secara personal memang orangnya humble dan sangat royal terhadap bawahannya. Ane pun kenal baik dengan beliau. Singkat kata ane dan istri pindahan mengisi apartemen berukuran 35 meter persegi tersebut.

Isi apartemennya sendiri sudah lengkap. Dua kamar tidur (beserta lemari, kasur ukuran Queen, meja rias), 1 kamar mandi, dan 1 pantry yang menyatu dengan ruang tamu, dilengkapi sofa, TV 42”, channel TV Kabel, serta dilengkapi fasilitas umum seperti kolam renang, fitness center dan kios-kios yang menjual makanan menjadi pemandangan sehari-hari kami sampai akhir 2017. Hari-hari kami begitu menyenangkan karena pindah ke lingkungan baru pada awalnya. Tapi makin hari kami tinggal disana kami merasakan agak kurang nyaman dikarenakan kurangnya sosialisasi diantara para penghuni. Lo-lo, gue-gue, boleh dibilang begitu. Ane sempat bilang iseng ke istri, “kalo misal ada yang mati disini, bisa-bisa ga ada yang ngeh nih…tau-tau udah bau busuk aja”. Istri ane cuman bisa ketawa miris dengar pernyataan tersebut. Oh iya, kami tinggal di lantai 8 dari keseluruhan 20 lantai tidak dihitung basement.

Ada satu momen dimana istri ane sedang mengalami kontraksi hebat, kemudian minum obat, sehabis itu dia lemas dan ingin tidur duluan. Saat itu masih jam 22.00 WIB. Jadinya ane masih belum ngantuk-ngantuk banget. Ane akhirnya keluar dari kamar dan nyolok laptop ke TV. Tujuannya adalah menyicil tesis yang belum ane selesaikan karena kepotong urusan pernikahan. Namanya mengerjakan tesis pasti ada jenuhnya, ane akhirnya memutuskan untuk main game, sesuatu yang jadi kebiasaan ane kalau sudah diatas jam 11.00 WIB. Ternyata main game tidak membunuh kejenuhan ane. Pindahlah ane ke HP yang masih di charge. Posisi colokan untuk nge-charge HP itu adalah diseberang kasur. Kamar ane berbentuk persegi, berukuran 3x4 meter, dibagian kanan-samping-bawah kotak (bayangin kotak ini adalah kamar ane), itu adalah posisi jendela, menghadap ke luar, lalu bawahnya langsung terlihat kolam renang. Disebelah jendela persis itu adalah posisi kasur, jadi si kasur ini nempel ke jendela. Posisi charge ane ada di kiri-samping-atas kotak, jadi berseberangan sama jendela dan kasur. Semoga jelas ya. Ane mulai membuka HP dan browsing. Oh iya salah satu provider Indonesia berwarna kuning di apartemen ini sinyalnya sangat payah sehingga membuat ane agak frustasi. Jadi dengan penuh kesabaran ane browsing, dan karenanya waktu tidak terasa semakin larut.

Ane masih inget saat itu waktu menunjukkan 00.45 WIB. Ane kelaparan. Sayang makanan berat sudah habis ane makan, dan cemilan juga habis karena dipakai untuk menemani ane mengerjakan tesis. Jadi ane cuma minum saja. Kembung. Saat ane fokus pada HP tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup abang penjual nasi goreng dari balik jendela kamar ane. Suara tek-tek-tek hasil pemukulan terhadap penggorengan itu sangat menggoda. Ane bergumam dalam hati, “wah enak nih nasgor malam-malam gini”. Ane masih fokus ke HP, sambil berpikir untuk membangunkan istri ane, mau dipesankan apa. Sejurus kemudian seperti orang yang baru sadar dari pingsan ane ingat, apartemen ini kan besar, masa iya tukang nasi goreng yang jualannya jauh dari pintu gerbang apartemen bisa kedengaran sampai dekat jendela? Gilanya lagi pas ane nyadar, INI LANTAI 8 BROOOOOO!!!!! Gimana urusannya kang nasgor bisa jualan melewati jendela lantai 8 sebuah apartemen, yang bawahnya langsung kolam renang? Pas ane sadar, suara penjual nasi goreng ini masih terdengar dengan jelas dibalik jendela. Akhirnya ane memutuskan untuk naik ke kasur, ke posisi sebelah istri ane. Awalnya posisi istri ane didekat jendela (karena konfigurasi ini selalu begini), tapi karena ini keadaan “khusus”, ane menggeser posisi istri ane.

Kebetulan ane lagi berani ketika itu, jadi ane cuma khawatir dengan kondisi calon anak ane. Ane pernah dengar cerita kalau makhluk-makhluk alam sebelah itu bisa lihat menembus kulit kita, jadi janin yang dikandung didalam perut istri ane bisa terlihat. Ane nggak mau takabur, tapi ane juga nggak percaya 100%. Jadi baiknya, ane yang usaha mengcover. Ane sudah dalam posisi tidur membelakangi jendela dan menghadap istri ane, suara itu masih terdengar jelas walaupun sayup-sayup. Kalau kata orang, suara sayup itu pertanda si makhluk berada dekat dengan kita. Ane mendengar suara ini sampai kurang lebih 5 menitan. Kemudian hilang. Setelah situasi ane rasa kondusif, ane memutuskan keluar kamar. Ane mau buang air kecil. Posisi kamar mandi persis disebrang kamar ane, jadi beberapa langkah saja sudah sampai kamar mandi. Begitu pintu ditutup dan ritual pembuangan dimulai, suara penjual nasi goreng tadi terdengar kembali. Tetapi dari arah sebaliknya. Yaitu dari arah seberang, yang artinya ada di koridor apartemen. DIDALAM DONG BERARTI??? Koridor apartemen itu sepi, jadi jika ada suara-suara yang berasal dari koridor pasti bergema. Suara tek-tek-tek khas penjual nasgor bergema. Bergema dikoridor apartemen lantai 8. FYI masuk ke dalam apartemen itu kita punya kartu khusus yang ditempelkan seperti mau naik KRL Commuter line, atau naik busway. Jadi rasa-rasanya nggak mungkin orang selain penghuni bisa masuk, apalagi ini pakai bawa gerobak segala.

Teror akhirnya berakhir. Paginya ane bertemu dengan salah satu penghuni unit di koridor dan ane berinisiatif menyapa. Dia menyapa balik, dan kemudian terjadi percakapan.

“Pak kemarin dengar suara?” ane mulai percakapan

“Suara apa ya?” Si bapak bertanya, heran.

“Tukang nasgor, lewat sini pak.” Ane jawab sambil menunjuk koridor lantai 8 tersebut.

“wah, iya tuh, kirain saya doang yang dengar, mas juga dengar ternyata ya? Saya pikir awalnya mimpi, tapi ternyata saya masih bangun. Saya takut mas. Kok angker banget ya?” Si Bapak membalas ane dengan nada semangat, tapi agak ketakutan juga raut wajahnya.

“Itu dia pak, semalam saya dengar bahkan dari jendela, gila aja masa tukang nasgor bisa terbang ke lantai 8? Mana bawahnya kolam renang lagi.” Ane menimpali.

“Udah mas, jangan diomongin lagi, nanti malah muncul lagi, mari” ujar si bapak seraya pamit melanjutkan jalannya menuju eskalator.
Ane bertanya-tanya, apa iya disini angker? Apa iya banyak penghuni dari alam sebelah? Sebenarnya dulu sebelum dibangun apartemen, tanah ini bekas dipakai apa ya?

Sampai ane pindah lagi ke Bogor di awal 2018, ane nggak pernah dapat jawaban apapun dari tempat tersebut, dan ane juga malas untuk mencari tahu lebih lanjut, cukup tahu saja dan biarkan kita hidup berdampingan.