KETIKA MASA LALU MENGHANTUI MASA DEPAN PART22d


Akhirnya saya benar-benar hidup bersama jin itu. Saya sudah yakin bahwa saya bisa merasakan kehadirannya dan mendeskripsikan dimana dia berada. Saya tahu kapan saatnya dia marah dan saya tahu kapan saatnya dia ingin “menyerang” orang yang tidak dia sukai, maupun orang yang tidak saya sukai. Cukup lama saya hidup seperti itu. Kami seakan berkomplot. Saya terlarut dalam tipu dayanya. Saya mengandalkannya. Saya berkomunikasi dengannya, seperti saya dulu berkomunikasi dengan teman khayalan saya. Saya tidak pernah lagi bermimpi bertemu dengannya, karena saya bisa langsung merasakan kehadirannya di sekitar saya.

Semuanya terus berlangsung, hingga akhirnya, pertengahan tahun 2016, saya tersadar bahwa saya sudah sangat jauh dari agama. Saya menyadari sesuatu, saya tidak suka pembicaraan dengan topik Ketuhanan, agama, dan kebaikan. Saya lebih condong kepada hal-hal yang tidak benar. Semua itu saya sadari ketika saya terbersit untuk ingin mencicipi obat-obatan.

Selama itu pula, ibu saya seringkali mengeluh bahwa saya terlihat berubah dan begitu pula dengan beberapa teman-teman saya. Mereka menyadari perubahan pada diri saya. Terlebih teman-teman saya, yang tahu apa yang saya lakukan diluar sana. Banyak dari mereka yang mengeluh. Hingga akhirnya, suatu pagi, saat saya terbersit ingin mencoba obat-obatan terlarang, ibu saya memanggil saya untuk sarapan. Saat sarapan itu, dia terus-terusan mengatakan pada saya, bahwa dia sangat mengharapkan saya. Harapannya hanyalah saya dan abang saya. Dia tidak ingin saya gagal. Dia selalu mendoakan saya.

Saat itulah saya tersadar bahwa saya sudah berada jauh diluar jalur yang seharusnya. Mendengar ibu saya mengucapkan harapannya kepada saya, saya merasa malu. Saya merasa terhina. Saya merasa gagal. Saya telah mengkhianatinya. Saya telah membohonginya.

Hari itu juga saya kembali menghubungi Pak Indra. Dia senang sekali, saya menghubunginya. Saya menceritakan apa yang terjadi, termasuk rasa sesal yang begitu dalam di dalam lubuk hati saya kepada ibu. Pak Indra menyarankan saya untuk meminta maaf padanya dan memohonlah pada Ibu untuk mendoakan saya.

Akhirnya, saya menceritakan sedikit dari yang saya alami. Saya mengakuinya. Saya memberanikan diri, untuk menceritakannya.

Saya mengaku padanya bahwa saya merasa ada jin yang mengganggu saya, hanya sampai disitu. Tidak semuanya. Awalnya saya takut ditertawakan. Tapi, dia justru terlihat antusias dan serius menanggapinya.

Ibu saya tidak menganggap saya aneh. Dia percaya dengan apa yang saya katakan. Dia langsung melontarkan doa-doa kepada saya saat itu juga dan saa percaya, doa ibu merupakan doa yang begitu kuat, terutama kepada anak-anaknya.

Saat itu, saya merasa ada energi amarah dari dalam diri saya. Tapi saya tahan itu semua. Selesai ibu saya berdoa, saya meminta izin untuk naik ke lantai dua untuk mandi. Saya meninggalkannya sendiri di bawah.

Setibanya di kamar mandi, saya menyalakan shower dan saya meluapkan semua amarah. Saya memukul-mukul dinding seperti orang gila. Saya pergi ke cermin dan marah-marah sendiri kepada diri saya sendiri. Saya tidak dapat mengontrol amarah itu, hingga akhirnya saya capek sendiri dan terduduk di lantai kamar mandi, dibawah derasnya aliran air dari shower. Saya menangis. Saya menyadarinya. Saya tidak bisa membiarkan jin itu terus-terusan ada pada diri saya. Saya kembali melakukan kesalahan.

Saat itu saya langsung merasa tidak enak badan. Saya merasa gelisah hebat. Seharusnya banyak sekali yang harus saya lakukan pada hari itu, tapi saya memutuskan untuk tetap berada di rumah. Saya bermeditasi dengan berdoa dan beribadah di rumah untuk menenangkan jiwa saya.

Berhari-hari saya lalui, selalu bercerita dengan ibu saya dan memohon doanya dengan sangat. Dia selalu mendoakan saya menjelang tidur. Saya pun berusaha sekuat tenaga untuk beribadah dan berdoa lebih banyak, meskipun ada perasaan yang begitu kuat untuk tidak melakukannya. Tapi, semua itu saya lawan. Selama itu pula saya merasa ada yang aneh dengan batin saya, tapi semuanya saya lawan dan saya tidak menyerah untuk tetap memohon perlindungan Tuhan dan memohon doa ibu.

Suatu hari, saya sedang bosan di rumah sendirian dan tertidur di ruang TV. Ibu saya masih bersama temannya untuk menghadiri undangan.

Ya, benar. Saya kembali bermimpi bertemu jin itu. Dia sedang berteriak dan marah kepada saya. Dia mendorong saya tapi saya tidak terjatuh. Saya justru mendorongnya kembali dan jin itu terjatuh. Untuk pertama kalinya, jin itu terlihat lemah di dalam mimpi saya.

Tiga malam berturut-turut saya bermimpi yang sama, hingga akhirnya di mimpi yang ketiga, ada ibu saya di dalamnya. Ibu saya ikut mendorong jin itu dan jin itu lari terbirit-birit.

Semenjak saya mengalami mimpi-mimpi lemahnya jin itu, saya merasa sedikit berbeda. Ada rasa lega di dalam diri saya, meskipun, saya masih bisa merasakan kehadirannya di sekitar saya, namun sedikit berbeda. Saya lebih bisa mengontrol diri saya sendiri.

Saya pergi ke rumah Pak Indra untuk menyambung silaturahmi, sekaligus menceritakan bahwa apa yang ia sarankan terasa berhasil. Saya merasa lebih baik.

Setibanya disana, intin dari percakapan kami adalah, saya sudah tiba di saat yang tepat, untuk benar-benar mengusir jin itu, meskipun saya tidak pernah benar-benar membuat perjanjian saka dengannya. Jin itu masih dalam perjalanan untuk membuat saya terjerumus dan akhirnya membuat perjanjian itu, tapi usaha jin itu gagal di tengah jalan.

Hari itu juga, di rumah Pak Indra, saya melakukan apa yang dia sarankan. Saya berdoa kepada Tuhan, dengan suara yang lancang, mengatakan bahwa saya tidak bersedia untuk didampingi oleh jin dan saya hanya bergantung pada Tuhan dalam setiap urusan dalam hidup saya. Saya terus mengulanginya hingga akhirnya saya merasa sesak. Tapi saya terus mengucapkan doa-doa itu hingga rasa sesak itu hilang. Tapi, seperti sebelumnya, ada rasa gelisah yang begitu hebat. Kepala saya terasa berat dan akhirnya, saya melontarkan suara perempuan itu lagi. Saya tidak bisa melakukan apa-apa. Rasanya seperti ketindihan. Jin itu berbicara melalui tubuh saya. Saya tidak bisa mendeskripsikan seperti apa perkataannya, namun sesuai apa yang saya ingat. Jin itu memohon kepada kami untuk tidak mengusirnya. Tapi kami menolak. Jin itu mengaku, bahwa dia sudah terbiasa hidup sebagai “parasit” ynag hinggap pada seorang anak manusia untuk bertahan hidup. Pak Indra berulang kali menolak untuk mempertahankannya dan jin itu terus-terusan menolak untuk pergi. Saya merasa tidak tahan, tapi saya tidak bisa mengucapkan apa-apa. Tapi saya ingat, saya masih bisa berbicara dalam hati dan saya melakukannya.

Dari dalam hati, saya memerintahkan jin itu untuk pergi dan saya tidak ingin kehadirannya. Saya tidak butuh bantuannya. Saya bukan tuannya. Saya tidak akan membuat perjanjian apapun dengannya. Saya hanya berlindung pada Tuhan.

Dan benar saja, jin itu merintih, seperti orang menangis kesakitan. Dan dia, akhirnya, mau untuk tidak lagi mengusik hidup saya. Ternyata, harus saya sendirilah yang mengatakannya. Saya lah yang harus mengusirnya melalui kemauan saya yang kuat.

Jin itu tetap mengaku bahwa dia betul-betul perlu seorang manusia untuk tetap bertahan. Saya tidak mengerti kenapa tapi itulah yang dia katakan. Saya kembali mengucapkan dalam hati bahwa dia benar-benar harus pergi. Jika dia memang butuh manusia sebagai “inang” nya, maka carilah orang lain, jangan saya. Karena saya berjanji atas nama Tuhan bahwa saya tidak akan menerimanya.

Jin itu, akhirnya, berkata dengan suara yang begitu pelan, bahwa dia tidak akan lagi mengganggu ketenangan hidup saya. Suaranya merintih dan terbata-bata. Tapi, selama dia belum mendapatkan “inang” nya, dia akan terus menumpang di sekitar saya, berada di sekitar saya, tapi dia tidak akan mengganggu saya. Dia juga mengaku bahwa dia sudah tidak sanggup lagi untuk “hinggap” pada saya. Dia tidak tahan. Saya menjawab dalam hati, bahwa saya menyetujuinya.

Begitu dia selesai berbicara, tubuh saya langsung ambruk, tapi saya masih sadar. Tubuh saya terasa lemas dan berkeringat hebat. Rasanya melelahkan sekali.

Semenjak saat itu, saya benar-benar terus meneguhkan keyakinan saya bahwa saya tidak akan pernah membutuhkannya.

Kurang lebih lewat satu bulan dari kejadian itu, saya telah hidup seutuhnya dan saya telah merasakan kelegaan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Ya, memang saya akui, ada beberapa kemampuan saya yang hilang semenjak jin itu tidak lagi mendampingi saya. Pendengaran saya tidak terasa lebih tajam dari sebelumnya. Awalnya, saya bisa menulis baik tangan kanan dan kiri dengan baik, tapi semenjak itu, kemampuan saya untuk menulis dengan tangan kiri terasa semakin dan semakin lemah. Dan ada beberapa “kemampuan” unik saya yang lain yang turut hilang. Tapi saya tidak perlu khawatir, karena bukan berarti saya tidak bisa mengembalikan kemampuan saya dengan usaha saya sendiri.

Ya, saya telah hidup seutuhnya, dalam keadaan masih bisa merasakan kehadirannya, namun tidak merasakan gangguannya lagi. Saya masih bisa “melihat” sosoknya di sekitar saya. Saya masih bisa “melihat” jika dia tidak suka dengan seseorang yang datang ke rumah saya. Tapi intinya, hidup saya terasa lebih baik.

Masa lalu yang suram tidak lagi menghantui hidup saya. Saya telah mengetahui semuanya. Semuanya telah terungkap dengan jelas. Bukan rumah kami lah yang horor, melainkan masa lalu yang kelam lah penyebab semuanya. Semuanya telah berakhir dengan damai.